Kata menjadi penghibur lidah yang kelu, menjadi benang pada jarum bernama bahasa, sebentuk aliran dari perasaan...

Jumat, 03 Juni 2022

Hati yang penuh luka

Anganku terbang melayang
Pada setiap langkah dan waktu yang kukayuh
Meniti alur perjalanan dan setiap perubahannya
Memaknai setiap jengkal setapak yang pernah kulalui
Menatap hati yang dahulu selalu kugenggam erat
Kusimpan rapat kujaga sedemikian rupa
Hati yang saat ini penuh luka

Luka selalu bisa sembuh tapi tidak menghilang
Luka selalu ada namun tidak melulu pilu
Luka seperti goresan tinta yang tak akan pernah pudar
Hadir disana tanpa perlu bersuara

Rasa yang lahir dari hati atau hati yang terbentuk dari rasa?
Semua melebur dalam setiap lika liku perjalanan
Terakhir kuingat hati ini bercahaya lembut namun samar dan kecil
Saat hati ini berkembang, kukira indah dan hanya akan ada cahaya
Tidak!
Kesempurnaan seperti itu hanyalah milikNya
Siapa aku?
Aku berangan laksana mentari gagah dan terang
Tapi aku terpaku menapak tanah tanpa cahaya
Hasrat diri menjadi air yang selalu menghidupi
Tapi kukering sendiri dan selalu meminta-minta
Ingin kucegah segala kotor, kelam dan tengik itu masuk
Tapi gelap justru semakin meluas, meremas hati yang tengah berkembang
Dalam setiap usahaku memiliki hati yang sempurna, bertambah goresan di setiap sisinya

Aku benci!
Apa ini? Kenapa hati ini begitu ternoda?
Berteriak dan memaki
Entah sejak kapan aku menutup mataku
Hanya ingin mengagumi cahaya hati 
Namun pahit hidup terus menerjang tiada ampun
Kamu pun datang
Kamu yang membuka hatiku, menyiraminya dengan cinta dan segala keindahannya
Kamu juga yang tanpa henti merobek dan mencacah hatiku
Aku menyerah, aku tak lagi bisa menutup mata
Lihatlah hati ini...
Indah bercahaya dan penuh cinta
Namun penuh luka di setiap jengkalnya

Kukira hidup tidak untuk hati yang penuh luka
Kukira hati yang hancur tak akan pernah bisa bertahan
Kukira luka itu adalah sakit yang tidak berujung
Coba lihatlah kembali hati ini
Inilah hati yang dipenuhi kehidupan
Besar dan kuat, anggun dan kokoh dengan jutaan guratan luka

Lihatlah kembali wahai aku..
Ternyata kubisa hidup berbahagia
Dengan hati yang penuh luka...

Selasa, 26 April 2022

Kecewa

Asaku memudar
Kian menghilang
Terjebak oleh kecewa.

Jiwaku bergeming
Terjerembap pilu
Terlahir dari kecewa

Hidup tanpa asa dengan jiwa yang mati
Bagaimana aku bisa melawan kecewa?

Senin, 11 April 2022

Mencinta

Saat mentari mulai menyapa di ufuk timur, saat itulah aku pertama melihat dunia.
Tangis dan tawa menyatu menjadi kisahku, seorang yang sangat dicinta
Lihatlah mereka, bersama mencinta, bersama saling menjaga
Seperti lukisan dinding dengan figura indah nan rupawan, megah menyenangkan mata..
Tahun demi tahun, berjuta tanya dan jawaban silih berganti
Semakin banyak tanya yang tidak menerima jawaban, apa ini?

Saat figura indah telah usang dan berkarat, saat itulah terlihat jelas lukisan yang sebenarnya
Kecewa...
Kecewa adalah pintu awalnya saja..
Oh dunia yang dulu tampak begitu indah rupawan.. Dari mana kelam dan luka yang dulu tak pernah ada?
Aku terjatuh...
Cinta pertamaku adalah keluargaku.. Dan aku kecewa, hatiku terluka...
Perlahan aku bangkit dan menjelajahi dunia, pergi dari mereka..
Mengharapkan cinta..
Cinta sempurna dari pasangan sehidup semati, begitu indah tiada dua
Seperti dikisahkan para pesair cinta di dunia dalam puisi maupun cerita
Kuterus mencari sampai dapatkan yang sejati...

Seperti pelangi yang merebak setelah mendung dan basahnya hujan
Kutemukan dirimu duhai kekasih hati..
Kisah kita begitu panjang, dengan berjuta caci maki dan tangis
Tapi cinta kita menang, sayang yang begitu berlimpah
Sampai akhirnya kamu memilihku dan akupun memilihmu, kita bersumpah sehidup semati..
Berbahagia untuk selamanya..

Kukira itulah akhirnya...
Tidak ada cinta yang sempurna...
Tidak ada bahagia tanpa luka dan air mata..
Perjalanan kita penuh cinta dan itu benar adanya..
Tapi hatiku pun penuh luka..
Aku terlalu mencintaimu, hingga tepukan lembut pun bisa menggores hatiku
Aku terlalu mencintaimu, sampai tak ada ruang untukku atau apapun lainnya
Aku terlalu mencintaimu, hingga buta mengharapmu juga sepertiku
Aku terlalu mencintaimu, sampai lupa kamu bukanlah aku ataupun apa yang aku mau
Aku terlalu mencintaimu melebihi aku cinta padaku
Dan itu membunuhku...

Aku rasa figura yang kubuat dalam lukisan tentang kita terlalu indah
Tidak seharusnya kupasang itu
Harusnya biarkan saja lukisan itu apa adanya, sesederhana itu tanpa perlu dielukan
Dengan hatiku yang penuh luka
Dengan batinku yang terlanjur tersiksa
Dengan anganku yang porak poranda
Aku kini mengerti..
Ya, aku terlalu mencintamu...

Kini kutahu,, aku harus kembali belajar untuk mencintaimu dengan sederhana
Karenaku tahu..
Caraku mencintamu sungguh salah..
Aku salah dalam mencinta..
Aku harap dengan sisa hatiku ini, aku bisa lebih mencintaiku..
Aku harap dengan segenap luka ini, aku bisa belajar untuk mencintai dengan baik..
Belajar lagi untuk mencintaimu dan anak-anak kita kelak..
Cinta yang sederhana, tanpa memaksa, tanpa angan yang berterbangan...



Jumat, 25 September 2020

Cinta

 Waktu....

Seolah menertawaiku. Aku yang masih disini, masih saja termenung menatap aku 7 tahun yang lalu. Dan aku pun ikut tertawa bersama waktu. 

Dimanakah aku? Aku yang begitu memuja cinta, aku yang selalu percaya akan cinta, aku yang merindukan cinta, aku yang memimpikan cinta. Cinta seperti apa? Cinta indah menguatkan yang selalu memberi kehangatan dan kebahagiaan. Cinta dari seseorang yang begitu indah, tanpa asa mencintaiku dan selalu memandangku penuh kasih...

Ya, 7 tahun lalu, saat itulah aku bertemu dengannya.. Dengan dia yang selalu berjalan mendampingiku. Yang 2 tahun lalu berjanji kepada Tuhan di depan ayahku untuk selalu menjagaku selamanya..

Apakah cinta itu indah? Ya

Apakah selalu indah? TIDAK!

Aku masih menatap malu pada diriku 7 tahun yang lalu. Maafkan aku. Aku tak mampu untuk terus mencinta dengan indah. Hati yang memuja cinta ini semakin menginginkan dunia... Cinta tulus dan cinta semata yang kujanjikan akan kuserahkan pada dia yang selalu berjalan disampingku semakin tergerus.. Tergerus oleh ambisi dunia dan tuntutan ego yang tidak kunjung sirna...

Cinta yang selalu ingin memberi itu, entah sejak kapan menjadi cinta yang selalu meminta, menuntut balas, dan meminta haknya. Hak apa?? Cinta harusnya hanya untuk diberikan... Bukan untuk meminta.. Wahai ego dan hasrat diri yang bersembunyi di balik nama cinta.. Berhentilah... Berhentilah barang sejenak.. Sejak kapan cinta begitu melelahkan? Aku mohon,, berhentilah menyusupi lembar-lembar cinta yang telah kukumpulkan ini...


Wahai aku 7 tahun yang lalu...

Maafkan aku,, ternyata aku masih belum mampu untuk tulus mencinta...

Senin, 23 Desember 2013

Love and Being Loved



 
 Aku mencinta...

Berbagai rasa indah pernah menghampiri, menggoda dengan aroma sejuknya yang memabukkan... Kuhirup sedemikian rupa, kunikmati untuk mengisi hati dengan kebahagiaan dan kumpulan semangat untuk menjalani hidup, dan aku terus melangkah tanpa sedikitpun menoleh ke sumber rasa dan aroma itu. Terus melangkah tanpa mendekap erat jutaan rasa yang pernah kusesap...

Dan kusadar, ku tak pernah tau apa itu cinta.. Dan aku masih melangkah pasti walau hati kerap mencari kapan rasa indah dan kuat menghampiri, bukan sekedar menghampiri, tapi kudekap erat dan menarikku menuju asal rasa itu berkembang, pemilik jiwa yang menebarkan rasa.. Hanya mencari dalam hati, tanpa menoleh tanpa berhenti melangkah dalam perjalananku, kehidupanku...

Ah, kembali kurasakan aroma indah memabukkan itu. Kuhirup dalam, kunikmati indahnya,, ada yang lain. Entah mengapa, kali ini aku tergoda. Menoleh, ya, cukup menoleh saja, melihat arah sumber rasa indah ini, tak apa bukan? Aku terhenti, terdiam dan menoleh. Sial! Aku terpesona...

Aroma memabukkan? Lalu apa yang kulihat ini? Seakan cahaya penuh warna tidak memiliki makna.. Apa yang kuhirup begitu memabukkan, dan taukah apa yang kutatap ini? Mendamaikan,, menenangkan,, jauh dari memabukkan, lebih dari itu.. Kata indah tak mampu menerangkannya, jauh lebih dari indah, lebih dari istimewa, lebih dari luar biasa.. Bukan hanya memabukkan, tapi mendamaikan, seakan aku tak peduli lagi pada jalan panjang yang kulalui.. Cukuplah aku menatapnya saja.. Ah,, halo,, engkau kah itu? Cinta..

Hati telah lama mencari, tapi ini... Berbeda... Aku terpana, tak mampu melangkah tanpa menoleh ke arahnya. Hai kau disana sang pemilik jiwa yang menimbulkan rasa, sudikah kau melangkah disampingku, menemaniku berjalan, bersama kita menempuh hamparan kehidupan, dengan hati damai dan indah  yang selalu terdekap erat ini..

Dan kini ku tak mampu melangkah sendiri tanpa mengarahkan pandanganku ke arahmu.. Rasa indah yang tak hanya kusesap tapi juga kutatap.. Begitu indah, menyejukan, memabukkan, mendamaikan... Rasa yang ingin terus kudekap erat sembari melangkahkan kakiku menuju hamparan kehidupan. Seakan dengan mendekapnya aku siap. Siap menempuh apapun yang akan datang padaku, asal rasa dan pemilik jiwa itu selalu ada, mengindahkan perjalananku...

Itulah cinta yang kurasa.. Memberiku kedamaian, ketenangan, dan dorongan untuk melangkah dan terus mendekapnya erat disampingku, sesulit apapun itu..

Aku dicinta..

Aku terbiasa berjalan sendiri, dengan dorongan kasih sebuah pertalian kuat dan indah bernama keluarga. Yang melepas dan menguatkan secara bersamaan. Membiarkanku terjatuh dan muncul untuk menangkapku saat aku akan terperosok. Tidak selalu disampingku, tapi aliran cinta tak terputus mengalir tiada henti.. Dengannya, aku mampu berdiri tegak dengan kedua kakiku, sendiri..

Dalam kemandirianku aku berbagi. Keluarga dan sahabat untuk saling berbagi kasih, berbagi cerita. Kubagikan luas cinta dan kasihku untuk mereka, keterima keluh kesah mereka dan kuganti dengan kasih milikku untuk dapat membahagiakan mereka. Kuresapi kisah mereka sebagai bagian dari pelajaran hidup dan untuk dapat berbagi dengan indah dengan ikut merasa. Ah, lagi - lagi kisah cinta..

Kisah tentang cinta, tentang mereka yang berjalan beriringan berdua dengan cinta. Begitu indahnya mereka dicinta. Bersama kekasih saling berbagi, saling mencoba mengerti, dan saling menguatkan. Aku hanya bisa tersenyum. Indahnya. Bagaimana dengan aku? Aku tau, nanti kan ada saatnya..

Dan aku pun mencinta, dengan indahnya, pada dia yang jauh dari peraduan malam dan siang. Hanya mencinta tanpa merasa cinta yang mengalir langsung padaku. Apalagi saling berbagi dan menguatkan? Ah, tak apa. Nanti akan ada saatnya, kataku.

Entah permainan Tuhan apa caraNya untuk mencintaiku, kau pun hadir dalam hidupku. Singkat dalam perjumpaan, kau kerahkan semua usaha dan kata untuk mencinta. Kepada siapa? Aku. Jujur, aku terpekur, terkejut. Berkali aku berkata akan ada saatnya. Tapi secepat inikah? Hei, kau belum mengenalku, semudah itukah untuk mencinta? Dalam ragu, kubuka pintu itu. Tapi maaf, belum dapat kubuka pintu hatiku, telah ada seorang terdiam di dalamnya. Dan hei, siapa tau begitu mengenalmu kau akan pergi menghilang. Bisa saja kan? Maka kubiarkan saja kau masuk dalam hidupku. Silahkan saja...

Dan apa ini? Aku tau indahnya mencinta, karena aku pun sedang mencinta. Tapi ini berbeda. Terasa hangat. Pada setiap perjumpaan, setiap perkataan, dan setiap perhatian, kau berikanku kekuatan untuk terus melangkah. Memang bukan keindahan dan kedamaian yang kurasa saat aku mencinta. Tapi hadirmu menguatkanku. Dan aku tersadar, aku tak lagi berjalan sendiri..

Begitu aku tersadar, kau telah disana, disampingku, menuntunku, menguatkanku, dengan cinta yang menghangatkan hatiku. Memang bukan rasa indah yang memabukkan, tapi ini juga indah, dengan caranya, menguatkanku. Kau bahkan mendorongku untuk terus mendekap rasa indah dari jiwa lain yang kucinta, untuk maju dan berani melangkah untuk bertanya sudikah jiwa lain itu bersamaku.

Selama ini aku sempat meragu. Aku memang ingin mengungkapkan rasa dan meminta jiwa yang kucinta untuk dapat melangkah bersama disampingku. Lalu bagaimana dengan kamu? Dan sejenak dapat kusesap aroma memabukkan itu dari dirimu, indah. Ah, itukah cintamu? Aku terharu, indah dan menghangatkan...

Mencinta dan Dicinta...

Masing - masing memiliki pesonanya sendiri. Ah, alangkah indahnya bila pesona rasa indah memabukkan tapi menghangatkan itu ada pada satu jiwa, satu jiwa yang bersedia melangkah bersama, disampingku, selamanya...