Kata menjadi penghibur lidah yang kelu, menjadi benang pada jarum bernama bahasa, sebentuk aliran dari perasaan...

Senin, 23 Desember 2013

Love and Being Loved



 
 Aku mencinta...

Berbagai rasa indah pernah menghampiri, menggoda dengan aroma sejuknya yang memabukkan... Kuhirup sedemikian rupa, kunikmati untuk mengisi hati dengan kebahagiaan dan kumpulan semangat untuk menjalani hidup, dan aku terus melangkah tanpa sedikitpun menoleh ke sumber rasa dan aroma itu. Terus melangkah tanpa mendekap erat jutaan rasa yang pernah kusesap...

Dan kusadar, ku tak pernah tau apa itu cinta.. Dan aku masih melangkah pasti walau hati kerap mencari kapan rasa indah dan kuat menghampiri, bukan sekedar menghampiri, tapi kudekap erat dan menarikku menuju asal rasa itu berkembang, pemilik jiwa yang menebarkan rasa.. Hanya mencari dalam hati, tanpa menoleh tanpa berhenti melangkah dalam perjalananku, kehidupanku...

Ah, kembali kurasakan aroma indah memabukkan itu. Kuhirup dalam, kunikmati indahnya,, ada yang lain. Entah mengapa, kali ini aku tergoda. Menoleh, ya, cukup menoleh saja, melihat arah sumber rasa indah ini, tak apa bukan? Aku terhenti, terdiam dan menoleh. Sial! Aku terpesona...

Aroma memabukkan? Lalu apa yang kulihat ini? Seakan cahaya penuh warna tidak memiliki makna.. Apa yang kuhirup begitu memabukkan, dan taukah apa yang kutatap ini? Mendamaikan,, menenangkan,, jauh dari memabukkan, lebih dari itu.. Kata indah tak mampu menerangkannya, jauh lebih dari indah, lebih dari istimewa, lebih dari luar biasa.. Bukan hanya memabukkan, tapi mendamaikan, seakan aku tak peduli lagi pada jalan panjang yang kulalui.. Cukuplah aku menatapnya saja.. Ah,, halo,, engkau kah itu? Cinta..

Hati telah lama mencari, tapi ini... Berbeda... Aku terpana, tak mampu melangkah tanpa menoleh ke arahnya. Hai kau disana sang pemilik jiwa yang menimbulkan rasa, sudikah kau melangkah disampingku, menemaniku berjalan, bersama kita menempuh hamparan kehidupan, dengan hati damai dan indah  yang selalu terdekap erat ini..

Dan kini ku tak mampu melangkah sendiri tanpa mengarahkan pandanganku ke arahmu.. Rasa indah yang tak hanya kusesap tapi juga kutatap.. Begitu indah, menyejukan, memabukkan, mendamaikan... Rasa yang ingin terus kudekap erat sembari melangkahkan kakiku menuju hamparan kehidupan. Seakan dengan mendekapnya aku siap. Siap menempuh apapun yang akan datang padaku, asal rasa dan pemilik jiwa itu selalu ada, mengindahkan perjalananku...

Itulah cinta yang kurasa.. Memberiku kedamaian, ketenangan, dan dorongan untuk melangkah dan terus mendekapnya erat disampingku, sesulit apapun itu..

Aku dicinta..

Aku terbiasa berjalan sendiri, dengan dorongan kasih sebuah pertalian kuat dan indah bernama keluarga. Yang melepas dan menguatkan secara bersamaan. Membiarkanku terjatuh dan muncul untuk menangkapku saat aku akan terperosok. Tidak selalu disampingku, tapi aliran cinta tak terputus mengalir tiada henti.. Dengannya, aku mampu berdiri tegak dengan kedua kakiku, sendiri..

Dalam kemandirianku aku berbagi. Keluarga dan sahabat untuk saling berbagi kasih, berbagi cerita. Kubagikan luas cinta dan kasihku untuk mereka, keterima keluh kesah mereka dan kuganti dengan kasih milikku untuk dapat membahagiakan mereka. Kuresapi kisah mereka sebagai bagian dari pelajaran hidup dan untuk dapat berbagi dengan indah dengan ikut merasa. Ah, lagi - lagi kisah cinta..

Kisah tentang cinta, tentang mereka yang berjalan beriringan berdua dengan cinta. Begitu indahnya mereka dicinta. Bersama kekasih saling berbagi, saling mencoba mengerti, dan saling menguatkan. Aku hanya bisa tersenyum. Indahnya. Bagaimana dengan aku? Aku tau, nanti kan ada saatnya..

Dan aku pun mencinta, dengan indahnya, pada dia yang jauh dari peraduan malam dan siang. Hanya mencinta tanpa merasa cinta yang mengalir langsung padaku. Apalagi saling berbagi dan menguatkan? Ah, tak apa. Nanti akan ada saatnya, kataku.

Entah permainan Tuhan apa caraNya untuk mencintaiku, kau pun hadir dalam hidupku. Singkat dalam perjumpaan, kau kerahkan semua usaha dan kata untuk mencinta. Kepada siapa? Aku. Jujur, aku terpekur, terkejut. Berkali aku berkata akan ada saatnya. Tapi secepat inikah? Hei, kau belum mengenalku, semudah itukah untuk mencinta? Dalam ragu, kubuka pintu itu. Tapi maaf, belum dapat kubuka pintu hatiku, telah ada seorang terdiam di dalamnya. Dan hei, siapa tau begitu mengenalmu kau akan pergi menghilang. Bisa saja kan? Maka kubiarkan saja kau masuk dalam hidupku. Silahkan saja...

Dan apa ini? Aku tau indahnya mencinta, karena aku pun sedang mencinta. Tapi ini berbeda. Terasa hangat. Pada setiap perjumpaan, setiap perkataan, dan setiap perhatian, kau berikanku kekuatan untuk terus melangkah. Memang bukan keindahan dan kedamaian yang kurasa saat aku mencinta. Tapi hadirmu menguatkanku. Dan aku tersadar, aku tak lagi berjalan sendiri..

Begitu aku tersadar, kau telah disana, disampingku, menuntunku, menguatkanku, dengan cinta yang menghangatkan hatiku. Memang bukan rasa indah yang memabukkan, tapi ini juga indah, dengan caranya, menguatkanku. Kau bahkan mendorongku untuk terus mendekap rasa indah dari jiwa lain yang kucinta, untuk maju dan berani melangkah untuk bertanya sudikah jiwa lain itu bersamaku.

Selama ini aku sempat meragu. Aku memang ingin mengungkapkan rasa dan meminta jiwa yang kucinta untuk dapat melangkah bersama disampingku. Lalu bagaimana dengan kamu? Dan sejenak dapat kusesap aroma memabukkan itu dari dirimu, indah. Ah, itukah cintamu? Aku terharu, indah dan menghangatkan...

Mencinta dan Dicinta...

Masing - masing memiliki pesonanya sendiri. Ah, alangkah indahnya bila pesona rasa indah memabukkan tapi menghangatkan itu ada pada satu jiwa, satu jiwa yang bersedia melangkah bersama, disampingku, selamanya...

Minggu, 20 Oktober 2013

Cinta?

Dalam keheningan malam anganku berkelana. Pada sebuah rasa yang tersimpan rapi dalam kotak tertutup rapat. Tadinya kubiarkan saja begitu saja. Entah sejak kapan, perasaan tertutup itu masih berkembang, tumpah keluar  dari kotak itu karena terlalu penuh.

Aku mencintaimu..

Cinta? Sepanjang ingatanku, tak pernah sekalipun aku menggunakan kata itu. sayang, suka, itu hal biasa yang kugunakan.Cintaku hanya untuk dia yang akan menjadi dia yang kelak menjadi suamiku, unknown, aku menyebutnya.

Ah, bersama hembusan angin malam aku kembali terbang menyelami kenangan. Tentangmu. Masih tentangmu. Total perjumpaan yang tak sampai setengah hari itu. Aku selalu bertanya - tanya. Teringat pada sebuah doa yang selalu kunyanyikan dalam hidupku untuk Tuhanku. Ya Tuhanku, jangan pernah biarkan aku jatuh cinta kalau bukan padanya, belahan jiwaku yang telah Kau ciptakan bersama dengan penciptaanku. Lalu perasaan apa ini?

Cinta... Sebuah kata penuh makna yang mengandung berjuta warna dan rasa. Sering terdengar dan terucap, tapi apalah dia?

Ah, aku merindunya. Dia yang pernah meraih uluranku tapi kemudian menghilang. Tidak, dia tidak sepenuhnya menghilang, hanya melangkah menjauhi, tapi tetap dalam pandangan. Kenapa tidak pergi saja sekalian?? Kau muncul tapi tidak mendatangi. Kadang kau hadir menyapa tapi kembali menghilang. Kau bilang banyak hal selain cinta yang sedang ingin kau raih. Taukah kamu hati ini merindu? Ingin melepasmu, tapi kamu masih disana. Kumohon, pergilah saja kalau memang kau bukan untukku. Pergi saja agar rasa dalam kotakku ini tidak terus berkembang, terus mencintaimu.

Kamu yang pertama membuatku begini. Bagiku tak ada kata tepat untuk mengungkapkannya.. Cinta?


Senin, 08 Juli 2013

Ujung Waktu

Saat pertama bertemu, telah kutemukan getaran itu. Dalam kebimbangan aku berjuang, melepas semua ego dan harga diri yang begitu tinggi. Berlari menggapaimu, menghampirimu, tersenyum padamu. Sesaat kau balas senyumanku, hanya sesaat. Sampai kau tiba di pulau itu, menjalani apa yang kamu jadikan alasanmu untuk tidak menerima uluran tanganku, enggan menggenggamku.

Semua yang berlalu terasa seperti mimpi. Senyumanmu telah hilang, karam dimakan waktu. Balasan senyummu hanyalah kenangan yang semakin memudar di kepalaku. Aku memutuskan untuk berhenti. Dan entah sudah keberapa kalinya itu terjadi, hingga saat tersadar aku kembali menatap punggungmu, masih berusaha mengejarmu. Kukatakan lagi pada diriku, "berhenti!". Dan terus saja begitu.

Apa yang kamu jalani disana, apa yang kamu jadikan alasanmu itu, masih akan kamu genggam sampai setengah tahun lagi. Jauh. Sejak awal kamu selalu jauh. Tapi itu hanyalah sebuah jarak bukan? Saat apa yang kamu jalani dan kamu genggam itu telah mencapai ujung, saat tanganmu sudah tidak menggenggam apapun lagi. Saat itu aku akan berlari menuju dirimu, menawarkan seluruh hati yang bertahun - tahun aku simpan tanpa tersentuh barang seorang pun. Akan kugenggam erat tanganmu yang masih kosong. Dan aku harap saat itu terjadi, tanganmu memang benar - benar kosong dan tidak menggenggam apapun, atau siapapun.

Saat itu, apabila kedua tanganmu telah penuh oleh kehangatan seseorang, saat hatimu penuh bahkan sudah dimiliki seseorang. Saat itulah aku akan melangkah jauh meninggalkanmu. Mengeluarkanmu dari hatiku, meski harus melukai hati ini karena hadirmu yang telah melekat begitu dalam di hatiku, tapi aku yakin aku mampu. Hanya diujung waktu itulah aku mampu melepasmu.

Saat ini, saat kamu masih menggenggam alasan yang dulu kamu lemparkan padamu, aku masih belum bisa benar - benar melepasmu. Walau aku terus berkata "berhenti!", tapi langkah kaki ini selalu berjalan ke arahmu. Walau pandangan ini telah kuarahkan ke lelaki lain, tapi mata hatiku tak pernah melepaskan pandanganku darimu. Jadi biarkan saja aku menunggu. Menunggu ujung waktu yang masih ada sekitar setengah tahun lagi. Biar kunikmati rindu ini, yang terus terpaku menatap punggungmu, yang terus melangkah ke arahmu..


Terus menunggu, sampai ujung waktu...

Senin, 18 Februari 2013

Doaku Untukmu

Sabtu, 16 Februari 2013


Kuberbisik pada sang angin,, dimana kamu?
Kutiupkan doa padanya, biarlah terbang menuju hadirmu,, selimutimu dengan hangatnya kata - kata doaku untukmu, menenangkan jiwamu, membersihkan segala hambatan di jalanmu,, hingga senyum terindahmu mampu menghiasi wajah tenangmu..
Akan kukirimkan padamu di setiap waktu, aliran doa tulusku hanya untukmu..
Akan kuhapus segala lelahmu,, kulawan segala yang ingin melawanmu, hingga kau mampu terus melaju menuju mimpimu..
Akan selalu kumohonkan untukmu, ketenangan, keselamatan, dan kebahagiaan dirimu padaNya, selalu, selamanya..
Dan biarlah ku disini,, berdoa tertutup kabut, di sudut yang tak pernah tampak olehmu, ada walau hadirmu tiada bagimu..
Dalam diam memberikan segala untukmu, membujuk sang alam, untuk selalu menjagamu, mendukungmu, membahagiakanmu..

Setengah Hatiku

Waktu itu tak pernah mengenal lelah dan sangat cuek. Dia tetap berjalan tanpa memandang sekelilingnya, dan sedikitpun tak pernah berhenti. Dengan segala apa yang disekitarnya, dan apa yang dibawanya, terus berjalan.

1 Desember 2012, saat itu merupakan awal. Bukan pertemuan atau perkenalan pertama kita, sama sekali bukan. Tapi itulah sebuah awal yang ditawarkan sang waktu dan dunia kepadaku. Saat pertama kita bertemu untuk saling mengenal, bukan sekedar menyapa atas dasar sopan santun.

Malam itu saat kehebohan mengisi rumahku dan kau sapa dengan tenang. Saat malamku dihiasi rasa grogi dan debaran halus. Saat akalku yang tak jenu menepukku yang terkadang membatu karena hilangnya kata - kata dari mulutku. Itu kali pertamaku. Aku tau pasti, hal itu belum tentu menjadi sesuatu.

Hingga kemudian aku yang penasaran kembali menawarkan pertemuan di sela kesempatan yang hanya diberikan sedikit oleh sang waktu. Haruskah aku menyesal? Karena di setiap pertemuan, di setiap perkataan, dan di setiap cerita yang kau nyatakan,, kau pun telah perlahan mengambil serpihan - serpihan hatiku. Hanya sedikit, setitik saja di setiap kesempatan.

Kau kembali ke tempat asalmu, sempat terbesit untuk menyudahi. Entah mengapa kali ini terasa berbeda. Aku sejak dulu hanya bisa diam, berbisik pada sang angin tentang rasa, hingga kata-kata akan rasa itu habis tak bersisa, aku berpuas diri tanpa pernah mau menggapainya. Tapi kini aku tidak puas. Aku ingin menggapaimu. Mencoba mengejarmu, dan kulakukan itu..

Dalam anganku kurangkai berbagai rencana, bagai komplotan pencuri yang ingin melakukan perampokan besar. Kubuat peta rencana untuk perlahan mencuri hatimu, kujalankan itu perlahan, tapi pasti, itu kataku. Taukah kau apa yang terjadi? Di setiap alur komunikasi yang kita bina meski jauh, di setiap itu pula aku mencoba untuk mengambil hatimu, aku berfokus pada itu, hanya itu. Dan saat aku tersadar, hei! Kenapa justru kamu yang telah berhasil mencuri hatiku?? Di setiap perbincangan kita, kau ambil serpihan - serpihan hatiku itu, dan kini setengah dari hatiku itu telah kau miliki. Bagaimana dengan setengahnya lagi? Aku merindukannya, kembalikan setengah hatiku itu! Tidak mau? Lantas bagaimana? Ah, maukah kau ganti dengan setengah hati milikmu? Aku tak tau apa maumu, dan aku merasa buta, ku tak bisa melihat, tak bisa mendengar, dimana hatimu? Aku tak bisa melihatnya, sudahkah aku menyentuhnya walau hanya serpihannya saja? Aku tak tau, sama sekali tidak.

Dan kini, hampir 3 bulan berlalu, kau telah menggenggam setengah hatiku, lantas milikmu apa yang telah berhasil aku genggam? Kumohon beri tau diriku, karena kini kutengah buta dan tuli, karena setengah hatiku tengah saat merindukan setengah hatiku lainnya, yang ada pada,,, dirimu....