Aku masih ingat
saat pendar siang masih menempel di sekujur tubuhku
saat peluh pijar terang masih membasahiku
dan saat bising hiruk pikuk masih mendengung di telingaku
Aku masih ingat akhir itu
lambaian mentari di ujung senja
tawa cahaya di sisa keberadaannya
peluk rembulan yang menyapa kebangkitan malam
Aku tentu masih ingat
walau sang mentari tengah terlelap dalam tidur panjangnya
walau cahaya seakan berlari menjauh, takut akan gelap lingkar mataku
walau siang telah lama tunduk pada sang malam, bersembunyi, tak pernah kembali
Aku terdiam mengambang pada pusaran malam
Bahkan bintang pun menciut termakan gulita
Tanpa setitik cahaya, melayang, berputar menghitung hampa
Tapi aku masih ingat
karena lupa telah kubekap bersama harap
Karena aku masih ingat dan terus menantikan
saat siang kembali menyapaku..
Kata menjadi penghibur lidah yang kelu, menjadi benang pada jarum bernama bahasa, sebentuk aliran dari perasaan...
Sabtu, 29 Januari 2011
Senin, 24 Januari 2011
Bertahan Di Sini
Aku memanggil sang waktu, memintalnya menjadi benang kehidupan, memajangnya menjadi hiasan perjalanan. Kubuka kotak ceritaku, terkumpul padanya bayangan sang pangeran. Merakit potongan - potongan kejadian, melantunkan nada - nada perasaan.
Bersama sisa penggalan waktu yang belum terpintal, kuukur panjangnya waktu terulur sejak kupatrikan nama sang pangeran, dalam, pada hati yang sebelumnya penuh luka. Panjang.
Bersama piringan hitam hati yang pernah bernyanyi, kuputar alunan - alunan melodi saat raga ada di sampingmu. Segenggam tawamu, sekotak tatapmu, secangkir suaramu. Yang selalu menemaniku dalam sendu senja. Yang membalut hatiku akan rasa, menguatkanku.
Bersama detik - detik yang pernah berlalu, kukecup jutaan rasa yang berbaur bersama tawa, senyuman, cemas, serta tetes air dari mata bulatku, Itulah pelangi ciptaanmu di hatiku.
Bersama sepoi angin kenyataan, aku terbawa arus perasaan. Telah kuketuk pintu hatimu. Taukah kau? Senyum terkembang saat kau bukakan pintu itu sedikit saja olehmu dan kau sambut dengan senyum lembutmu. Senyumku yang menghilang secepat ia terkembang, saat kutatap seseorang telah berdiri di dalam sana. Seseorang yang telah kau masukkan ke dalam hatimu.
Tersadar, kukembangkan kembali senyumanku, meski tak selebar sebelumnya. Karena aku suka senyumanmu, saat kau sambut aku di teras hatimu.
Aku bertahan di sini, di teras hatimu, menyanyikan senandung untukmu, yang kau balas dengan senyum indahmu, karena aku suka senyum lembutmu itu.
Aku bertahan di sini, menatap dari jendela hatimu, kamu yang sedang bersamanya, duduk nyaman bersama dalam kehangatan hatimu.
Aku bertahan di sini, di teras hatimu, karena senyum indahmu, karena aku sahabatmu.....
Bersama sisa penggalan waktu yang belum terpintal, kuukur panjangnya waktu terulur sejak kupatrikan nama sang pangeran, dalam, pada hati yang sebelumnya penuh luka. Panjang.
Bersama piringan hitam hati yang pernah bernyanyi, kuputar alunan - alunan melodi saat raga ada di sampingmu. Segenggam tawamu, sekotak tatapmu, secangkir suaramu. Yang selalu menemaniku dalam sendu senja. Yang membalut hatiku akan rasa, menguatkanku.
Bersama detik - detik yang pernah berlalu, kukecup jutaan rasa yang berbaur bersama tawa, senyuman, cemas, serta tetes air dari mata bulatku, Itulah pelangi ciptaanmu di hatiku.
Bersama sepoi angin kenyataan, aku terbawa arus perasaan. Telah kuketuk pintu hatimu. Taukah kau? Senyum terkembang saat kau bukakan pintu itu sedikit saja olehmu dan kau sambut dengan senyum lembutmu. Senyumku yang menghilang secepat ia terkembang, saat kutatap seseorang telah berdiri di dalam sana. Seseorang yang telah kau masukkan ke dalam hatimu.
Tersadar, kukembangkan kembali senyumanku, meski tak selebar sebelumnya. Karena aku suka senyumanmu, saat kau sambut aku di teras hatimu.
Aku bertahan di sini, di teras hatimu, menyanyikan senandung untukmu, yang kau balas dengan senyum indahmu, karena aku suka senyum lembutmu itu.
Aku bertahan di sini, menatap dari jendela hatimu, kamu yang sedang bersamanya, duduk nyaman bersama dalam kehangatan hatimu.
Aku bertahan di sini, di teras hatimu, karena senyum indahmu, karena aku sahabatmu.....
Sabtu, 15 Januari 2011
Sebatas Cerita
Hampir setahun blogging, kok lama - lama isinya puisi (kalo bisa dibilang puisi) semua ya??
Sudah lama gak bercerita di blog. Semakin banyak kesibukan, jadi semakin jarang blogging, sudah begini aku malah bikin akun tumblr baru..
hehe..
Yah, semoga masih bisa tetap meng-update semuanya! :)
Karena saat bahasa tak mampu untuk bersuara, tinta menjadi perantara..
Saat lidah lumpuh tak dapat berdansa, jari menari mengetikkan rasa..
Dan saat mata tak kuasa berkata melalui cahayanya, layar bercahayalah yang menangkapnya, melepasnya, tanpa suara, hanya kata..
Sudah lama gak bercerita di blog. Semakin banyak kesibukan, jadi semakin jarang blogging, sudah begini aku malah bikin akun tumblr baru..
hehe..
Yah, semoga masih bisa tetap meng-update semuanya! :)
Karena saat bahasa tak mampu untuk bersuara, tinta menjadi perantara..
Saat lidah lumpuh tak dapat berdansa, jari menari mengetikkan rasa..
Dan saat mata tak kuasa berkata melalui cahayanya, layar bercahayalah yang menangkapnya, melepasnya, tanpa suara, hanya kata..
Kamis, 13 Januari 2011
Hatiku dalam Aku
Tergugu dan termangu, aku membeku...
Bersama khayal yang menari lincah, menyambar tiap kejadian
memintalnya dalam bongkahan benang yang beku
tak beraturan, berantakan..
Seolah waktu menggeretku menjauh dari keteraturan
Asa berebut dengan kesiasaan, membimbingku ke peraduan mereka
Aku yang sedang membeku dan terombang ambing dalam permainan mereka
Mereka tertawa, mengejek, menghina
pada tiang kokok kehidupanku yang mulai melemah
pada anganku yang bermain terlalu jauh, tidak pada tempatnya
pada pikiranku yang berlari, ketakutan akan beban ringan yang tampak berat
pada hatiku yang menangis dibalik jeruji kesombongan
jeruji jeruji yang meredam satu kekuatan yang tidak terbatas
Bangunlah hatiku!
Jangan menangis!!!
Lawanlah mereka! Hadapi mereka!
Gerakkan tubuhmu yang mulai membeku! Kokohkan tiangmu!
Panggil angan u kembali! Kuasai pikiranmu!
Aku tau kau pasti bisa!
Karena kaulah hatiku, bagian dari diriku...
Bangkitlah! Wahai aku....
Bersama khayal yang menari lincah, menyambar tiap kejadian
memintalnya dalam bongkahan benang yang beku
tak beraturan, berantakan..
Seolah waktu menggeretku menjauh dari keteraturan
Asa berebut dengan kesiasaan, membimbingku ke peraduan mereka
Aku yang sedang membeku dan terombang ambing dalam permainan mereka
Mereka tertawa, mengejek, menghina
pada tiang kokok kehidupanku yang mulai melemah
pada anganku yang bermain terlalu jauh, tidak pada tempatnya
pada pikiranku yang berlari, ketakutan akan beban ringan yang tampak berat
pada hatiku yang menangis dibalik jeruji kesombongan
jeruji jeruji yang meredam satu kekuatan yang tidak terbatas
Bangunlah hatiku!
Jangan menangis!!!
Lawanlah mereka! Hadapi mereka!
Gerakkan tubuhmu yang mulai membeku! Kokohkan tiangmu!
Panggil angan u kembali! Kuasai pikiranmu!
Aku tau kau pasti bisa!
Karena kaulah hatiku, bagian dari diriku...
Bangkitlah! Wahai aku....
Langganan:
Postingan (Atom)