Kata menjadi penghibur lidah yang kelu, menjadi benang pada jarum bernama bahasa, sebentuk aliran dari perasaan...

Kamis, 29 Juli 2010

Another Birthday.. :)

Kudengar bersahutan ucapan kemeriahan..
Kecerna berulang doadoa mereka...
Kuucap lafas syukur dan kasih untuk mereka..

Doa yang kucerna,, menggumamkan namanya, yang belum pasti dan belum kukenal sosoknya..
Bersama rembulan membangkitkan rindu malam
Pada seorang pilihan dari-Nya..


huuuff.. Satu tahun berdetak melambat seketika berhembus kencang, meninggalkan goresan tintatinta kehidupan..
Dua dasawarsa berkumpul di belakang, membentang dua kepala lain yang menjelang...

Minggu, 25 Juli 2010

Aku dan Pangeran... *part 4

Musim panen baru berlalu. Sudah saatnya untuk para penghuni desa beristirahat. Festival akan datang. bersenang - senang, bersama..
Bahagianya..

Tapi, dalam senangku bergumam sedih. Festival dan kegembiraan, tanpa pangeran..
Ia pergi, pada sebuah pertemuan di kerajaan lain. Di kerajaan ini saja aku jarang sekali bisa bertemu maupun berbicara dengan pangeran. Ah, melihatnya saja jarang. Pangeran adalah pangeran. Dengan tanggung jawabnya kepada kerajaan ini, untuk desa ini juga..

Dan sekarang ia merantau pergi jauh untuk sebuah misi diplomatis.. Meninggalkan dan melewatkan Festival Bulan Panen tahun ini. Festival yang biasa ia pimpin kini diserahi pada adiknya, pangeran kedua yang biasanya hanya berdiam di dalam istana.. Padahal Sang Putri pertama yang telah menikah dengan pangeran kerajaan lain kini menyempatkan kembali untuk menghadiri festival ini..
Lantas, kenapa pangeran harus pergi?

Aku termangu sendiri berlatarkan tawa kebahagian penduduk desa..
Pergilah pangeran, dengan doaku, kembalilah segera..
Dan sinarilah lagi kerajaanmu, dengan senyummu...

Aku dan Pangeran... *part 3

Sabtu, 26 Juni 2010

Aku Aku terduduk lemah. Mentari tak lagi menyapa riang seperti sedia kala. Seakan ikut merasa. Lemahku. Sakitku. Aku merasa lemah. Kemarin, beberapa teman mengunjungi gubukku, membawakan sekantung doa untuk kesembuhanku. Aku bahagia. Tapi tubuhku tetap melemah. Tabib pun belum bisa memastikan kapan kesembuhanku. Biar saja. Ya, kubiarkan saja.

Saat aku tengah bermain dengan udara hampa, kudengar keributan kecil di depan pintu. ah, ternyata mereka. kembali membawakan sekantung doa untukku. tidak hanya itu, mereka juga membawakanku bibit tanam, untukku bekerja.. Uuugh.. harus ya? Mereka mengingatkanku akan kebunku yang sudah lama tak terusrus. Biar saja. Ya, biarlah.. :)

"Hei, nanti the witch akan datang bersama pangeran" Jantungku melemah setelah sekali pukulan tajam. Pangeran?? Bersama temanku, sang penyihir hitam istana.. Ohh.. Sudah lama aku tak melihat wajah pangeran, tak mendengar suaranya.. Sejak musim kemarau tiba, aku terlalu letih berkebun di tengah teriknya tatapan mentari. Aku yang terlalu lelah, tak pernah sekalipun berjalan berkeliling maupun memandang sekeliling semata.. Hingga saat ini.. Sampai aku terduduk lemah tak berdaya..

Tapi lihatlah! Pangeran akan datang! Sekantung doa dari mereka bersama kepedulian milik pangeran, merenggut sakitku sedikit, menyelimutiku dengan bahagia yang menyejukkan.

Bersama canda waktu berlenggang pergi, memaksa mereka untuk pergi juga. Meninggalkanku sendiri lagi. Bukan kesendirian yang melemahkan. Tapi sendiri dalam penantian penuh harap. Entah mengapa jantungku yang semulai terkulai, berdentum tidak karuan. Hanya membayangkan. Ya, cukup membayangkan sesosok pangeran pujaan yang akan datang.

Detik dan detak. Aku termangu, hingga sebuah pintu berderak mengguncang dan menggetarkan hatiku..
Ah, itu adalah pangeran.. Bersama the witch yang memandangiku penuh makna dan menggoda. The witch, sahabatku yang tau betul perasaanku pada pangeran.

"Hai, wajahmu lucu,, seperti hewan penjaga istana.. hahaha!" Ugh.. Pangeran masih seperti itu. Tawanya, candanya.. Aku merengut penuh bahagia... Bertiga kami menjalin canda bersama. Sakitku kembali direnggut oleh kedatangannya, sakitku berteriak ingin berlari, takut akan luapan bahagia yang berlimpah di hatiku.

Wajahku merekah, tawaku mengudara... Bahagiaku mengalir dalam pondok sunyi yang kini berbunga...
Sampai dentang Istana menggelegar. Pertanda waktu pangeran kembali..
Ah,, jangan pergi...

"Yah,, aku harus pergi sekarang. Kau tak perlu memikirkan kebunmu, pikirkan kesehatanmu.. Lekas sembuh" ucapnya lembut sembari memberiku secangkir senyum ketulusan dan sebuah tatap menguatkan.

Pangeran pun pergi, meninggalkan aku yang berbalut senyum yang terus merekah.

The witch menatapku dan memberiku senyum menggoda, dan berbisik padaku:
"Taukah kau? Pangeran pernah bilang padaku, kelak kau pasti bisa menjadi istri yang baik!" Dengan kerlipan mata the witch yang penuh makna, ia menyusul pangeran menuju istana. Meninggalkanku, setelah memberiku setumpuk rekahan batu merah muda besar, di hatiku yang terhimpit bahagia..

Ah, malam ini aku kembali sendiri.Bersama sakitku yang benar-benar berlari ngeri menatap senyum sumringahku. Mataku tak terpejam. Bayang-bayang wajahnya, senyumnya, tawanya.. Juga bisikan the witch yang berasa membahana dalam anganku...

Ah, entah kapan aku terlelap menuju bahagia.. tapi kuyakin pasti, esok aku bisa kembali bekerja... <3

Sabtu, 24 Juli 2010

Dua Butir Permata Kesepian

Saat sapa senja tertumpah dalam keremangan cahaya,
Bersama langkah kau mulai merajut batasbatas
merangkai jarak yang perlahan mulai menelan beribu butiran sekat, membesar..
Kutesteskan dua titik bulir permata milik kedua mataku , dua butir permata kesepian..
Tersengal lidah memoles kata, memanggilmu..
Tiada balas sapa, hanya dengusan tiupan cahaya lemah kelembutan
Kau tiupkan pada dua butir permata kesepian milikku yang perlahan menyala
Menyebarkan redup cahaya berbayang, melukiskan penantian...
Kutitipkan mereka di ujung tangkai putih melumer yang terkejar waktu
Tangkaitangkai sebagai tanda waktu kepulanganmu
Kurebahkan bersama balutan kasih yang merekah merah
Menemaniku, dalam tatap cahaya senja yang kau bawa pergi
Bersama remang cahayamu yang terus menyala kau terus melangkah
Bersama tatapku disini, dalam bayangbayang pendar permata kesepian yang kau nyalakan
Menantimu
Menanti kupulanganmu
Dari negeri itu...



*Melangkahlah bersama terangmu, dalam doaku...
Lalu pulanglah dengan cahaya yang lebih terang, dan benderang...

Satu Kehidupan

Pekat melumat dalam sandaran cercah rembulan
Tabu memburu dalam sapa riang langit malam
Pada segenggam redup bintang menyayat tatap
Pada segelak angin malam merengkuh kelam
Terpekur dan tergugu
gumpalan kenangan
detak kehidupan
dan kabut yang menghadang
Tertawa menegak pusara permainan
Merintih menghirup puingpuing kesabaran

Berdiri tegak..
Menatap titik terang berselimut kelam...
Dalam satu kehidupan...

Jumat, 23 Juli 2010

Tertutup Malu

Termangu ku berpaling dari rasa
Bersorai dalam gempita suasana
Berteduh dalam anyaman tawa-canda
Berirama terpekur lupa akan rasa

Satu ingatan
Satu pandang
Satu ucap
Lalu,,
Sebuah kehadiran

Terlonjak oleh luapan rasa
tersadar oleh satu pola
bersama akal mengelabui rasa
bersama jiwa membentuk asa

Hadirku
Ucapku
Terkulai lemah oleh guncangan rasa
Tertimbun malu berbadan kekar
Menghimpit kata
Menekan tindak

Jauh...

Jenaka tak lagi kurengkuh
Canda tak mampu kutenun
Bersamanya...

Saat bersamamu, kutertutup malu...