Kata menjadi penghibur lidah yang kelu, menjadi benang pada jarum bernama bahasa, sebentuk aliran dari perasaan...

Jumat, 25 September 2020

Cinta

 Waktu....

Seolah menertawaiku. Aku yang masih disini, masih saja termenung menatap aku 7 tahun yang lalu. Dan aku pun ikut tertawa bersama waktu. 

Dimanakah aku? Aku yang begitu memuja cinta, aku yang selalu percaya akan cinta, aku yang merindukan cinta, aku yang memimpikan cinta. Cinta seperti apa? Cinta indah menguatkan yang selalu memberi kehangatan dan kebahagiaan. Cinta dari seseorang yang begitu indah, tanpa asa mencintaiku dan selalu memandangku penuh kasih...

Ya, 7 tahun lalu, saat itulah aku bertemu dengannya.. Dengan dia yang selalu berjalan mendampingiku. Yang 2 tahun lalu berjanji kepada Tuhan di depan ayahku untuk selalu menjagaku selamanya..

Apakah cinta itu indah? Ya

Apakah selalu indah? TIDAK!

Aku masih menatap malu pada diriku 7 tahun yang lalu. Maafkan aku. Aku tak mampu untuk terus mencinta dengan indah. Hati yang memuja cinta ini semakin menginginkan dunia... Cinta tulus dan cinta semata yang kujanjikan akan kuserahkan pada dia yang selalu berjalan disampingku semakin tergerus.. Tergerus oleh ambisi dunia dan tuntutan ego yang tidak kunjung sirna...

Cinta yang selalu ingin memberi itu, entah sejak kapan menjadi cinta yang selalu meminta, menuntut balas, dan meminta haknya. Hak apa?? Cinta harusnya hanya untuk diberikan... Bukan untuk meminta.. Wahai ego dan hasrat diri yang bersembunyi di balik nama cinta.. Berhentilah... Berhentilah barang sejenak.. Sejak kapan cinta begitu melelahkan? Aku mohon,, berhentilah menyusupi lembar-lembar cinta yang telah kukumpulkan ini...


Wahai aku 7 tahun yang lalu...

Maafkan aku,, ternyata aku masih belum mampu untuk tulus mencinta...