Kata menjadi penghibur lidah yang kelu, menjadi benang pada jarum bernama bahasa, sebentuk aliran dari perasaan...

Senin, 08 Juli 2013

Ujung Waktu

Saat pertama bertemu, telah kutemukan getaran itu. Dalam kebimbangan aku berjuang, melepas semua ego dan harga diri yang begitu tinggi. Berlari menggapaimu, menghampirimu, tersenyum padamu. Sesaat kau balas senyumanku, hanya sesaat. Sampai kau tiba di pulau itu, menjalani apa yang kamu jadikan alasanmu untuk tidak menerima uluran tanganku, enggan menggenggamku.

Semua yang berlalu terasa seperti mimpi. Senyumanmu telah hilang, karam dimakan waktu. Balasan senyummu hanyalah kenangan yang semakin memudar di kepalaku. Aku memutuskan untuk berhenti. Dan entah sudah keberapa kalinya itu terjadi, hingga saat tersadar aku kembali menatap punggungmu, masih berusaha mengejarmu. Kukatakan lagi pada diriku, "berhenti!". Dan terus saja begitu.

Apa yang kamu jalani disana, apa yang kamu jadikan alasanmu itu, masih akan kamu genggam sampai setengah tahun lagi. Jauh. Sejak awal kamu selalu jauh. Tapi itu hanyalah sebuah jarak bukan? Saat apa yang kamu jalani dan kamu genggam itu telah mencapai ujung, saat tanganmu sudah tidak menggenggam apapun lagi. Saat itu aku akan berlari menuju dirimu, menawarkan seluruh hati yang bertahun - tahun aku simpan tanpa tersentuh barang seorang pun. Akan kugenggam erat tanganmu yang masih kosong. Dan aku harap saat itu terjadi, tanganmu memang benar - benar kosong dan tidak menggenggam apapun, atau siapapun.

Saat itu, apabila kedua tanganmu telah penuh oleh kehangatan seseorang, saat hatimu penuh bahkan sudah dimiliki seseorang. Saat itulah aku akan melangkah jauh meninggalkanmu. Mengeluarkanmu dari hatiku, meski harus melukai hati ini karena hadirmu yang telah melekat begitu dalam di hatiku, tapi aku yakin aku mampu. Hanya diujung waktu itulah aku mampu melepasmu.

Saat ini, saat kamu masih menggenggam alasan yang dulu kamu lemparkan padamu, aku masih belum bisa benar - benar melepasmu. Walau aku terus berkata "berhenti!", tapi langkah kaki ini selalu berjalan ke arahmu. Walau pandangan ini telah kuarahkan ke lelaki lain, tapi mata hatiku tak pernah melepaskan pandanganku darimu. Jadi biarkan saja aku menunggu. Menunggu ujung waktu yang masih ada sekitar setengah tahun lagi. Biar kunikmati rindu ini, yang terus terpaku menatap punggungmu, yang terus melangkah ke arahmu..


Terus menunggu, sampai ujung waktu...