Kata menjadi penghibur lidah yang kelu, menjadi benang pada jarum bernama bahasa, sebentuk aliran dari perasaan...

Senin, 18 Februari 2013

Doaku Untukmu

Sabtu, 16 Februari 2013


Kuberbisik pada sang angin,, dimana kamu?
Kutiupkan doa padanya, biarlah terbang menuju hadirmu,, selimutimu dengan hangatnya kata - kata doaku untukmu, menenangkan jiwamu, membersihkan segala hambatan di jalanmu,, hingga senyum terindahmu mampu menghiasi wajah tenangmu..
Akan kukirimkan padamu di setiap waktu, aliran doa tulusku hanya untukmu..
Akan kuhapus segala lelahmu,, kulawan segala yang ingin melawanmu, hingga kau mampu terus melaju menuju mimpimu..
Akan selalu kumohonkan untukmu, ketenangan, keselamatan, dan kebahagiaan dirimu padaNya, selalu, selamanya..
Dan biarlah ku disini,, berdoa tertutup kabut, di sudut yang tak pernah tampak olehmu, ada walau hadirmu tiada bagimu..
Dalam diam memberikan segala untukmu, membujuk sang alam, untuk selalu menjagamu, mendukungmu, membahagiakanmu..

Setengah Hatiku

Waktu itu tak pernah mengenal lelah dan sangat cuek. Dia tetap berjalan tanpa memandang sekelilingnya, dan sedikitpun tak pernah berhenti. Dengan segala apa yang disekitarnya, dan apa yang dibawanya, terus berjalan.

1 Desember 2012, saat itu merupakan awal. Bukan pertemuan atau perkenalan pertama kita, sama sekali bukan. Tapi itulah sebuah awal yang ditawarkan sang waktu dan dunia kepadaku. Saat pertama kita bertemu untuk saling mengenal, bukan sekedar menyapa atas dasar sopan santun.

Malam itu saat kehebohan mengisi rumahku dan kau sapa dengan tenang. Saat malamku dihiasi rasa grogi dan debaran halus. Saat akalku yang tak jenu menepukku yang terkadang membatu karena hilangnya kata - kata dari mulutku. Itu kali pertamaku. Aku tau pasti, hal itu belum tentu menjadi sesuatu.

Hingga kemudian aku yang penasaran kembali menawarkan pertemuan di sela kesempatan yang hanya diberikan sedikit oleh sang waktu. Haruskah aku menyesal? Karena di setiap pertemuan, di setiap perkataan, dan di setiap cerita yang kau nyatakan,, kau pun telah perlahan mengambil serpihan - serpihan hatiku. Hanya sedikit, setitik saja di setiap kesempatan.

Kau kembali ke tempat asalmu, sempat terbesit untuk menyudahi. Entah mengapa kali ini terasa berbeda. Aku sejak dulu hanya bisa diam, berbisik pada sang angin tentang rasa, hingga kata-kata akan rasa itu habis tak bersisa, aku berpuas diri tanpa pernah mau menggapainya. Tapi kini aku tidak puas. Aku ingin menggapaimu. Mencoba mengejarmu, dan kulakukan itu..

Dalam anganku kurangkai berbagai rencana, bagai komplotan pencuri yang ingin melakukan perampokan besar. Kubuat peta rencana untuk perlahan mencuri hatimu, kujalankan itu perlahan, tapi pasti, itu kataku. Taukah kau apa yang terjadi? Di setiap alur komunikasi yang kita bina meski jauh, di setiap itu pula aku mencoba untuk mengambil hatimu, aku berfokus pada itu, hanya itu. Dan saat aku tersadar, hei! Kenapa justru kamu yang telah berhasil mencuri hatiku?? Di setiap perbincangan kita, kau ambil serpihan - serpihan hatiku itu, dan kini setengah dari hatiku itu telah kau miliki. Bagaimana dengan setengahnya lagi? Aku merindukannya, kembalikan setengah hatiku itu! Tidak mau? Lantas bagaimana? Ah, maukah kau ganti dengan setengah hati milikmu? Aku tak tau apa maumu, dan aku merasa buta, ku tak bisa melihat, tak bisa mendengar, dimana hatimu? Aku tak bisa melihatnya, sudahkah aku menyentuhnya walau hanya serpihannya saja? Aku tak tau, sama sekali tidak.

Dan kini, hampir 3 bulan berlalu, kau telah menggenggam setengah hatiku, lantas milikmu apa yang telah berhasil aku genggam? Kumohon beri tau diriku, karena kini kutengah buta dan tuli, karena setengah hatiku tengah saat merindukan setengah hatiku lainnya, yang ada pada,,, dirimu....